Apa Itu Istidraj?

Istidraj
Apa Itu Istidraj?
Istidraj secara bahasa diambil dari kata da-ra-ja (Arab: درج ) yang artinya naik dari satu tingkatan ke tingkatan selanjutnya. Sementara istidraj secara istilah bermakna bahwa pemberian dari Allah Swt kepada hamba yang dipahami sebagai “hukuman” yang diberikan sedikit demi sedikit dan tidak diberikan langsung, dimana Allah Swt membiarkan orang tersebut terus dalam “hukuman” dan tidak disegerakan adzabnya.

Allah Swt berfirman, “Nanti Kami akan menghukum mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan) dari arah yang tidak mereka ketahui.” (QS. Al-Qalam: 44) (Al-Mu’jam Al-Lughah Al-Arabiyah, kata: da-ra-ja).

Dari definisi di atas, jelaslah bahwa orang yang terus dalam kemaksiatannya, namun dibalas oleh Allah Swt dengan nikmat  sehingga ia lupa untuk bertaubat dan memohon ampun kepadaNya, adalah sebuah penangguhan dari Allah Swt agar ia semakin jauh dari Allah Swt sedikit demi sedikit, menambah dosanya sedikit demi sedikit, hingga akhirnya ketika Allah I akan mengadzabnya, maka Allah Swt  mengadzabnya sesuai kadar dosanya yang semakin banyak dan menumpuk. Wal ‘iyadzu billah.

Allah Swt berfirman, “Maka serahkanlah (ya Muhammad) kepada-Ku (urusan) orang-orang yang mendustakan perkataan ini (al-Quran). Nanti Kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan) dari arah yang tidak mereka ketahui. Dan Aku memberi tangguh kepada mereka. Sesungguhnya rencana-Ku amat teguh.(QS. Al-Qalam: 44).

Syaikh As-Sa’di rahimahullah menyatakan, “Ketika mereka melupakan peringatan Allah yang diberikan pada mereka, maka dibukakanlah berbagi pintu dunia dan kelezatannya, mereka pun lalai. Sampai mereka bergembira dengan apa yang diberikan pada mereka, akhirnya Allah menyiksa mereka dengan tiba-tiba. Mereka pun berputus asa dari berbagai kebaikan. Seperti itu lebih berat siksanya. Mereka terbuai, lalai, dan tenang dengan keadaan dunia mereka. Namun itu sebenarnya lebih berat hukumannya dan jadi musibah yang besar.” (Tafsir As-Sa’di, hal. 260).

Jadi, ketika ada orang yang tidak shalat, tidak berpuasa di bulan Ramadhan tanpa udzur, hidup dalam kubangan maksiat, namun hidupnya tetap makmur, sejahtera dan bergelimang banyak kemewahan, sungguh ini adalah istidraj. Ketika seseorang meraih pangkat dan jabatan atau kemenangan dengan cara-cara yang zhalim dan menghalalkan segala cara, kemudian ia tetap terus maju dan sukses dengan kedudukannya, sungguh ini adalah istidraj.

Lantas, mengapa Allah Swt berbuat demikian? Mengapa Allah Swt tidak memberi hidayah saja dan menyadarkan mereka? Hal itu karena hidayah tidak akan diberikan kepada mereka yang menutup hatinya dan tidak bersedia menerima petunjuk Allah Swt, bahkan mereka menjadikan kebaikan yang diajarkan Allah Swt sebagai bahan untuk mengolok-olok. Hidayah bisa saja datang kepada orang yang zhalim dan gemar berbuat dosa jika kemudian orang tersebut membuka hatinya untuk menerima petunjuk-petunjuk Allah Swt yang terdapat dalam ajaran agama.

Semoga bermanfaat.

Sumber Buletin Dakwah Al-munir